Menjadi orang tua pada zaman sekarang ini memang tidaklah
mudah. Apalagi ketika orang tua mengharapkan anaknya menjadi anak yang pintar
dan sholih. Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah tidaklah cukup. Mendidik anak sendiri dan
membatasi pergaulan anak juga tidak mungkin. Apa lagi membiarkan anak bergaul
tanpa kontrol ini mengundang resiko yang riskan.
Kasus “anak gemar
berbohong” memang menjadi bahan perbincangan dalam kehidupan rumah tangga. Jika
ditanya, salah siapa anak berbohong?, maka sebagai orang tua yang bijak tidak
menyalahkan sepenuhnya salah anak kemudian mengvonis “anak nakal”. Kita perlu
memahami akar masalah yang mendasari perbuatan anak berbohong. Bisa jadi, kita
sendiri yang mengajarinya berbohong.
Nah, di bawah ini
akan kami uraikan faktor – faktor yang menyebabkan anak berbohong beserta
langkah – langkah yang ditempuh orang tua untuk menghentikan kebiasaan buruk
tersebut.
Penyajian Contoh Ketidakjujuran
Seorang anak itu peka terhadap lingkungan
sekitarnya. Kita mungkin tidak sadar dengan persoalan yang sepele padahal imbasnya
fatal kepada anak. Misalnya; Nak, “nanti
kalau ada telpon dari orang, bilang bapak tidak di rumah sedang pergi keluar
kota”. Padahal, bapaknya tidak pergi ke luar kota. Kasus yang terkesan
kecil ini sering terjadi di sekitar kita, padahal berpengaruh besar dalam
kepribadian anak.
Anak yang biasa melihat orang tua atau
orang sekitar berbohong, akan cenderung meniru perilaku tersebut. Anak berpikir
berbohong juga boleh dijadikan alasan untuk menghindari sesuatu yang tidak
diinginkan atau menyenagkan dirinya.
Label “Pembohong” yang diberikan kepada anak.
Mendidik anak tidaklah mudah, dibutuhkan
kesabaran yang teramat sangat apalagi anak tersebut susah di atur. Kadang sikap
pembohong anak yang ia tunjukkan kepada orang tua membuat orang tua jengkel dan
frustasi, sehingga kata – kata jelekpun tanpa sadar keluar dari mulut orang
tua. Stigma negatife atau cap jelek sebagai anak pembohong kadang membuat anak
frustasi. Akibatnya, anak berpikir bahwa lebih baik berbohong sekalian dari
pada susah – susah berbuat jujur tapi tidak dipercaya oleh orang tua sendiri.
Beberapa Tisp dan Saran:
1.
Menjadi teladan dan mengajarkan pentingnya nilai
kejujuran
Anak berbohong tentunya ada sebab yang melatarbelakanginya. Bila itu
terjadi pada diri anak tersebut, maka orang tua mengidentifikasi sebab dari
kebohongan yang ia lakukan. Apabila kebohongan itu lahir dari perilaku kita
yang kurang baik, maka sesegera mungkin diperbaiki.
Dan yang tak kalah penting, tanamkan nilai – nilai kejujuran sejak dini
ke pada si anak. Ada banyak cara yang bisa orang tua lakukan atau ajarkan
kepada anak. Misalkan, dengan mendongengkan cerita atau kisah tentang
kejujuran. Bisa juga menanamkan nilai kejujuran dengan berkata “berbohong itu dosa, Allah menyayangi orang
yang jujur lho…”. Dan masih banyak kata – kata yang lain untuk memberi pelajaran
kepada anak bahwa berbohong itu perilaku tidak baik.
2.
Berikan hukuman atas kebohognan anak dan berikan
penghargaan atas kejujurannya.
Ketika orang tua sudah berusaha mengajarkan nilai kejujuran pada anak,
kemudian ia berbohong, berarti ia layak mendapatkan hukuman namun apabila anak
berani jujur atas kebohongannya maka berilah dia penghargaan jangan menghukum
total atau marah yang berlebihan pada anak, karena akan berdampak kurang baik
juga dalam diri anak.
3.
Tanamkan rasa percaya diri pada anak dan jaga
kepercayaannya terhadap orang tua.
Bila anak melakukan kesalahan, sebaiknya bukan marah yang meluap – luap yang
orang tua tunjukkan, melainkan memberinya motivasi untuk melakukan hal – hal baik
agar tidak jatuh dalam kesalahan yang serupa. Misalnya, “lain kali, jangan bohong lagi ya nak, kalau rajin belajar dan sungguh
– sungguh pasti kamu dapat nilai yang bagus tanpa harus mencontek..”
Setelah itu, jagalah kepercayaan anak kepada orang tua dan sebaliknya. Jagalah
privasinya. Misalnya, tidak membocorkan perilaku buruk anak kepada orang lain,
terutama di hadapan anak. Bila anak tahu kalau orang tuanya sering menjelekkan
dirinya di hadapan orang lain, anakpun malah tambah frustasi dan hal ini bisa
memicu anak untuk melakukan kebohongan yang lebih besar lagi.